Perpisahan bukanlah hal yang kita inginkan, dan perpisahan adalah yang sulit untuk diterima~
Berada dipojok kamar, gue melihat isi timeline dan sejenisnya yang berkaitan dengan band kesayangan gue waktu SMP, yaitu Jonas Brothers. Sangat disayangkan sekali permirsa~
Gue jadi inget pertama kali gue ditolak cowok. Entah apa maksutnya, ya begitulah. Sudahlah, ini agak nyesek bin bikin hiburan saat kita flashback.
Perpisahan kelas, perpisahan sekolah, perpisahan temen, perpisahan pacar, dan masih banya perpisahan yang sudah kita alami selama kita masih mempunyai cukup umur.
Maka, banyak-banyak bersyukurlah masih diberi kesempatan untuk menambah pengalaman baru yang bakal bikin kangen.
Gue inget waktu gue perpisahan SMP, temen-temen gue lagi pada nangis sambil jabat tangan temen-temennya, ketika mereka-mereka salamin gue, gue sambut dengan ketawa lebar yang sangat sumringah. Gue dimarahin, sumpah. Gue gak ngerti.
Dan saat itu juga, gue ditolak lagi sama cowok. Mungkin, lo akan berpikir seberapa gentlenya daku.
Apa yang menyebabkan perpisahan harus ada sedangkan kita rasanya sulit untuk diterima? Kenapa harus berpisah apa tidak ada jalan lain?
Gue sekarang berpikir seperti itu, dan yang ada dipikiran gue adalah situasi, dan keluar dari zona nyaman.
Situasi yang membuat kita berpikir jalan satu-satunya adalah berpisah, misal karena kita sudah menyelesaikan sekolah kita harus mengadakan perpisahan, termasuk situasi waktu, waktu yang berjalan tidak bisa diberhentikan.
Kadang gue suka bingung, ngeliat orang pacaran terus putus tapi dua-duanya masih sayang, itu perpisahan yang paling gak gue ngerti karena gue gak pernah pacaran, yang kedua gue selalu berpikiran "Ngapainsih nyari repot, kalau masih sama-sama suka kenapa harus putus?"
Gue pernah nanya ketemen gue, dia cuma jawab "Situasinya lagi gak jelas, dianya gitu, guenya gitu ya jadinya putus." APA COBA????
Kedua, keluar dari zona aman, ini adalah perpisahan yang emang harus, kudu, dilakuin buat lo makin maju, gak cuma ada dizona nyaman lo sendiri. Menurut gue, kemajuan seseorang bisa didasarkan seberapa beraninya kita melangkah keluar dari zona aman kita.
Biarin yang nyaman-nyaman, biarin yang gak ada resikonya. Itu adalah hal yang membuat lo stuck, lo harus maju. Lo harus bisa membuat lo semakin nyaman dengan apa yang lo peroleh dari keberanian lo.
Asik banget, coba kalau gue nanya diri sendiri, "apa lo berani buat keluar dari zona aman lo?"
Gue takut, gue masih terus mengikuti arus, dengan sikap gue yang terkesan gak peduli, bukan berarti gue berani ngambil resiko setelah gue keluar dari zona aman.
"Terus kenapa lo nulis macem-macem yang gak pernah lo lakuin?"
Gue hanya menulis, apa yang gue harapkan.
Bagaikan kita ada di SMP dan SMA, kelas 1 merupakan masa beradaptasi, kelas 2 masa nyaman, dan kelas 3 persiapan sebelum kita ujian.
Kelas 2 menurut gue adalah masa hati-hatinya gue terlalu menikmati masa gue sekarang ini.
Wassalam.
Berada dipojok kamar, gue melihat isi timeline dan sejenisnya yang berkaitan dengan band kesayangan gue waktu SMP, yaitu Jonas Brothers. Sangat disayangkan sekali permirsa~
Gue jadi inget pertama kali gue ditolak cowok. Entah apa maksutnya, ya begitulah. Sudahlah, ini agak nyesek bin bikin hiburan saat kita flashback.
Perpisahan kelas, perpisahan sekolah, perpisahan temen, perpisahan pacar, dan masih banya perpisahan yang sudah kita alami selama kita masih mempunyai cukup umur.
Maka, banyak-banyak bersyukurlah masih diberi kesempatan untuk menambah pengalaman baru yang bakal bikin kangen.
Gue inget waktu gue perpisahan SMP, temen-temen gue lagi pada nangis sambil jabat tangan temen-temennya, ketika mereka-mereka salamin gue, gue sambut dengan ketawa lebar yang sangat sumringah. Gue dimarahin, sumpah. Gue gak ngerti.
Dan saat itu juga, gue ditolak lagi sama cowok. Mungkin, lo akan berpikir seberapa gentlenya daku.
Apa yang menyebabkan perpisahan harus ada sedangkan kita rasanya sulit untuk diterima? Kenapa harus berpisah apa tidak ada jalan lain?
Gue sekarang berpikir seperti itu, dan yang ada dipikiran gue adalah situasi, dan keluar dari zona nyaman.
Situasi yang membuat kita berpikir jalan satu-satunya adalah berpisah, misal karena kita sudah menyelesaikan sekolah kita harus mengadakan perpisahan, termasuk situasi waktu, waktu yang berjalan tidak bisa diberhentikan.
Kadang gue suka bingung, ngeliat orang pacaran terus putus tapi dua-duanya masih sayang, itu perpisahan yang paling gak gue ngerti karena gue gak pernah pacaran, yang kedua gue selalu berpikiran "Ngapainsih nyari repot, kalau masih sama-sama suka kenapa harus putus?"
Gue pernah nanya ketemen gue, dia cuma jawab "Situasinya lagi gak jelas, dianya gitu, guenya gitu ya jadinya putus." APA COBA????
Kedua, keluar dari zona aman, ini adalah perpisahan yang emang harus, kudu, dilakuin buat lo makin maju, gak cuma ada dizona nyaman lo sendiri. Menurut gue, kemajuan seseorang bisa didasarkan seberapa beraninya kita melangkah keluar dari zona aman kita.
Biarin yang nyaman-nyaman, biarin yang gak ada resikonya. Itu adalah hal yang membuat lo stuck, lo harus maju. Lo harus bisa membuat lo semakin nyaman dengan apa yang lo peroleh dari keberanian lo.
Asik banget, coba kalau gue nanya diri sendiri, "apa lo berani buat keluar dari zona aman lo?"
Gue takut, gue masih terus mengikuti arus, dengan sikap gue yang terkesan gak peduli, bukan berarti gue berani ngambil resiko setelah gue keluar dari zona aman.
"Terus kenapa lo nulis macem-macem yang gak pernah lo lakuin?"
Gue hanya menulis, apa yang gue harapkan.
Bagaikan kita ada di SMP dan SMA, kelas 1 merupakan masa beradaptasi, kelas 2 masa nyaman, dan kelas 3 persiapan sebelum kita ujian.
Kelas 2 menurut gue adalah masa hati-hatinya gue terlalu menikmati masa gue sekarang ini.
sumber gambar: google
Wassalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar