Menjadi orang yang terbuka tidak terlalu salah kok...
Yang salah itu terlalu frontal dengan privasi.
Loh apa bedanya?
Pasti semua orang punya privasi yang gak bakal ada yang tahu walaupun orang terdeketnya, dan untuk menjaga privasi diri sendiri itu bagaikan barang kesayangan yang jangan sampai rusak, kalau rusak...Mau iklas susah, mau nangis, nangis yang udah terjadi.
Nah, frontal privasi diri sendiri kayak gue biasa ngupil pake jempol, masih suka ngompol atau hal-hal yang dianggap selayaknya bukan dikasih tahu orang-orang tapi dikasih tahu dengan suka cita. Dijamin orang yang kayak gini susah dikasih kepercayaan. Kenapa? Karena untuk menjaga privasi diri sendiri aja susah.
Atau orang ini benar-benar polos...
Lain halnya dengan mencoba terbuka dengan orang-orang yang lo anggap bisa dipercaya, dengan lu mencoba terbuka dengan masalah yang lo lagi hadapin, apa yang selalu ganjel dihati lo. Itu bisa membuat lo lega, tenang, damai dan sejahtera. Karena apa? Karena ada yang mendengarkan.
Dan kalau ingin didengarkan, harus ada timbal baliknya yaitu mendengarkan orang lain. Jangan songong, gak tau terima kasih. Kalau orang yang kayak gini gue bakal bilang, "Mati lo gila." Dengan ekspresi datar gue.
Kalau ingin didengarkan, berarti kita harus bisa bersosialisasi, siapa yang mau dengerin kita kalau kita sendiri gak punya temen? Apa-apa sendiri.
Sedih gaksih? Sekuat-kuatnya orang, paling takut kalau sendiri.
Kita ngejalanin hidup sendirian, sukses sendirian, makan sendirian, nikah sendirian, yang ngelayat kalau kita mati sendirian. Sumpah sedih banget yang kayak gini.
Semoga aja gue dan lo yang baca artikel ini bukan orang yang seperti diatas ya.
Amen.
Di dalam artikel ini juga bukan ngebuat lo jadi terbuka sama semua orang, coba deh, kalau lo cerita tentang ini-itu kesemua orang sekalian minta saran, nah terus lo cerita sama orang comel. Pasti salahkan?
Gue pribadi orang yang cukup terbuka tapi gak semua orang bakal ngerasain keterbukaan gue, dan gue merasakan kelegaan tersendiri setelah gue bilang ini-itu, gak perlu solusi kok. Dengan mau menghabiskan waktu dengan dengerin gue cerita, itu sudah gue anggap dihargai.
Udah deh, besok mau remed fisika. Wassalam.
Yang salah itu terlalu frontal dengan privasi.
Loh apa bedanya?
Pasti semua orang punya privasi yang gak bakal ada yang tahu walaupun orang terdeketnya, dan untuk menjaga privasi diri sendiri itu bagaikan barang kesayangan yang jangan sampai rusak, kalau rusak...Mau iklas susah, mau nangis, nangis yang udah terjadi.
Nah, frontal privasi diri sendiri kayak gue biasa ngupil pake jempol, masih suka ngompol atau hal-hal yang dianggap selayaknya bukan dikasih tahu orang-orang tapi dikasih tahu dengan suka cita. Dijamin orang yang kayak gini susah dikasih kepercayaan. Kenapa? Karena untuk menjaga privasi diri sendiri aja susah.
Atau orang ini benar-benar polos...
Lain halnya dengan mencoba terbuka dengan orang-orang yang lo anggap bisa dipercaya, dengan lu mencoba terbuka dengan masalah yang lo lagi hadapin, apa yang selalu ganjel dihati lo. Itu bisa membuat lo lega, tenang, damai dan sejahtera. Karena apa? Karena ada yang mendengarkan.
Dan kalau ingin didengarkan, harus ada timbal baliknya yaitu mendengarkan orang lain. Jangan songong, gak tau terima kasih. Kalau orang yang kayak gini gue bakal bilang, "Mati lo gila." Dengan ekspresi datar gue.
Kalau ingin didengarkan, berarti kita harus bisa bersosialisasi, siapa yang mau dengerin kita kalau kita sendiri gak punya temen? Apa-apa sendiri.
Sedih gaksih? Sekuat-kuatnya orang, paling takut kalau sendiri.
Kita ngejalanin hidup sendirian, sukses sendirian, makan sendirian, nikah sendirian, yang ngelayat kalau kita mati sendirian. Sumpah sedih banget yang kayak gini.
Semoga aja gue dan lo yang baca artikel ini bukan orang yang seperti diatas ya.
Amen.
Di dalam artikel ini juga bukan ngebuat lo jadi terbuka sama semua orang, coba deh, kalau lo cerita tentang ini-itu kesemua orang sekalian minta saran, nah terus lo cerita sama orang comel. Pasti salahkan?
Gue pribadi orang yang cukup terbuka tapi gak semua orang bakal ngerasain keterbukaan gue, dan gue merasakan kelegaan tersendiri setelah gue bilang ini-itu, gak perlu solusi kok. Dengan mau menghabiskan waktu dengan dengerin gue cerita, itu sudah gue anggap dihargai.
Udah deh, besok mau remed fisika. Wassalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar