Halaman

Rabu, 08 Mei 2013

Konvoi ala X.3

"Besok kelas X.3 datang jam 6 pagi ya, upacara di pemkot, pakai baju yang lengkap. Nanti ke sekolah dulu terus naik bus." -Maam (wali kelas).

"Meng besok gue nebeng sama lu ya." Kata gue ke Humaira, Humaira meng-iyakan.

Keesokkan harinya...


Humai dateng ke rumah gue jam 6.03, gak macet termasuk di kemang. Masih pagi, jelas gak macet. Gue nyampe ke sekolah saat Elli BAB di sekolah. Masih sepi banget, bahkan kakak kelas yang masuk pagi belum ada yang dateng. Cuma kelas kita yang terlalu rajin. Tapi cuma ceweknya aja.

Tapi, anak cowok akhirnya dateng juga, rame-rame, jalan sok cool. Ada mobil, akhirnya di klaksonin. Kasihan mereka..

Gue menunggu dalam sepi, di depan sekolah. Berjam-jam..

"Gue nungguin dari pintu sekolah ketutup, terus kebuka, terus ketutup lagi" -Balqis. Sumpah lo orang ketiga yang dateng duluan, yang rajin banget.

Ketika gue menunggu guru yang memberi aba-aba kejelasan kegiatan upacara di pemkot, gue ngeliatin kaka kelas yang telat, lari-lari lawak. Gue ketawa, terus lanjut ngeliatin doang, gue bingung seberapa jauh rumah mereka?

Bu Heni datang, dan kita di suruh ke pemkot saat itu juga, masalah transportasi ternyata gak naik bus, akhirnya naik motor masing-masing, nanti duitnya di ganti. Dan ternyata bukan di pemkot, lebih tepatnya di alun-alun.

Selama perjalanan kita kayak konvoi pagi-pagi, Yustino dan Rian udah bawa kayak alarm yang biasa di pakai konvoi. Gue cuma bisa ketawa. Betapa terencananya mereka..

Gue parkir di masjid depan alun-alun. Gak ada anak SMA. Kita telfon maam Rini. Kata dia, upacaranya udah selesai dari tadi. Capedeh, udah jauh, terus kita ngapain ke sini?

Akhirnya, gue beserta yang lainnya masuk ke acara, yang ada di alun-alun. Mengisi daftar tamu, dan di kasih snack. Panitia bertanya, perwakilan dari mana? Kita semua menjawab, dari SMA 8. Yang gue bingung, perwakilan itu biasanya 3-5 orang. Lah, kita sekelas..

Dalam acara itu, ternyata lebih banyak anak TK daripada anak SMA, kalau lu nengok kanan, kiri, depan, belakang banyak anak TK dari berbagai jenis TK. Gue sedih, gue terperangkap di acara yang gak harus gue hadirin. Gue mau nangis.

Tapi, untuk memendam rasa sedih gue, gue baca novel sampe suntuk, sampai ngantuk. Dan pada akhirnya, perut bagian kiri gue sakit, gue juga pusing. Gue cuma memaksakan diri untuk membaca novel, daripada gue keliatan nangis di acara yang lebih banyak anak kecil.

"Tuh, liat ada Kak Seto, eh itu di belakangnya ada Bu Heni." Kata Adeline. Gue yang daritadi di depan novel, coba untuk menengok. Ternyata benar. Dan gue makin bete, karena gue udah dari tadi di sini dan kalian baru datang WOI!!!

"Mau pulang, sekolah kasih surat dispen dong." Itu keluhan gue dalam hati. Gue juga sempet ngajuin usul ke Sutan untuk segera pulang dan dispen. 

"Kata maam Rini gak ada surat dispen, kita nanti sekolah." Kata Sutan. Gue mau nangis.

"Ayook yuk, ke sekolah sekarang. Ngapain di sini terus." Kata Yustino. Gue meng-iyakan. Saat Sutan pamit ke Bu Heni. Kak Seto lagi ada di panggung. Yang lain pada antusias, gue ketawa doang.

Kak Seto: "Selamat pagi adik-adik, apa kabar?" (dengan nada)

Temen-temen: "BAIK!!!!"

Kak Seto: "Selamat pagi bapak-bapak, apa kabar?" (dengan nada)

Temen-temen: "BAIKKKK!!!"

Kak Seto: "Selamat pagi ibu-ibu, apa kabar?" (dengan nada juga)

Temen-temen: "Baik."

Kak Seto: "Apakah adik-adik pernah di pukuli orang tuanya, pernah di bentak orang tuanya. Apakah adik-adik senang?"

Ariela: "SENANGGGG!!!"

Gue gak ngerti bagian senang mana kalau kita di bentak orang tua. Kalau gue justru orang yang menghindari bentakan. Makanya gue itu termasuk orang pendiem.

Selama perjalanan pulang, gue ketinggalan sama temen-temen yang lain, walaupun gue bersama Axel dan Ricky tapi dia gak tau jalan. Hampir saja kita tersesat dan untunglah Sutan ada di belakang. Dan mengembalikan kita ke jalan yang benar.

Baru sampai sekolah, gue langsung nyari warnet sama Regita dan Humai, karena tugas TIK kita salah. Saat sudah menemukan warnet, gue memutuskan untuk di luar warnet dan ngeliatin jalan. Gue bosen, karena lama banget. 

Gak lama kemudian, gue memutuskan baca novel lagi. Tapi, gue gak mood banget. rasanya saat gue baca novel mata gue kehilangan sebagian kontras dan pusing banget. Akhirnya gue memutuskan ngeliatin jalan, yang lebih tepat kayak cowok lagi nungguin gebetannya dandan lama untuk malming. Menyedihkan.

Gak ada surat dispen, kita capek. Haruskah kita sekolah sampai magrib? Gue hanya sebagai pengikut yang lain. Kalau pada mau bolos gue akan tidur, kalau pada sekolah, gue akan tidur di kelas. Akhirnya satu kelas pada men-dispenkan diri untuk latihan di rumah Ariela.

Saat sampai rumah Ariela, gue langsung ke dalem rumahnya. Dan mencoba tidur. Tapi perut gue sakit. Yang lain pada makan di luar. Beruntunglah gue bawa bekel. Akhirnya, gue makan berdua sama Aris di ayunan. So Sweet keliatannya. Tapi, gue mau muntah karena gak enak makan dengan alunan ayunan yang lumayan kencang.

Tapi, gue gak jadi muntah, dan gue memutuskan untuk ngeadem di situ aja. Gue pusing, perut gue semakin sakit. Gue mencoba menyanyikan lagu-lagu sama Fadi. Dan itu buat gue gak keliatan lemes. Baguslah.

Berjam-jam gue di ayunan. Artis-artis pada latihan, gue masih tetap di ayunan karena tugas gue sebagai penulis naskah.

Jam 3 sore akhirnya gue pulang. Panas, buat gue makin pusing. beruntunglah gue gak bawa motor. Dan jarak rumah gue-Ariela lumayan dekat. 

Saat sampai rumah. Gue mengambil Minute Maid di kulkas dan ke kamar. Untuk tidur sore. Gue bangun dalam keadaan kepala gue berat banget.

Begitulah, untuk hari ini. Tapi, gue bersyukur karena gue suka pengalaman bersama teman-teman. Itu akan menjadi kenangan X.3 yang gak akan gue lupakan. Ohya, untuk biaya transportasi, kami belum menerima uangnya. #huptbanget.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar